Technopreneur Sebagai Kunci Sukses
dalam Meningkatkan Kesejahteraan dan
Daya Saing Bangsa Indonesia di Kancah
Internasional
“Pemerintah sangat mendorong
pengembangan technopreneur karena dapat
menjadi tulang punggung pembangunan nasional dan mendukung kemandirian bangsa,” kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa ketika menyampaikan pidato ilmiah dalam
rangka Dies-Natalies Ke-51 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Yogyakarta.
lantas apa yang dimaksud dengan Technopreneur ?
Technopreneur berasal dari gabungan 2 kata yakni “technology” dan “entrepreneur”, yang secara garis besar dapat diartikan sebagai seseorang yang melakukan wirausaha dalam bidang tertentu berbasiskan teknologi untuk mengembangkan produk. Misalnya :
lantas apa yang dimaksud dengan Technopreneur ?
Technopreneur berasal dari gabungan 2 kata yakni “technology” dan “entrepreneur”, yang secara garis besar dapat diartikan sebagai seseorang yang melakukan wirausaha dalam bidang tertentu berbasiskan teknologi untuk mengembangkan produk. Misalnya :
1. Kampung Biogas
Gunung Kidul yang mengoptimalkan potensi sumber daya peternakan sapi yang
dimiliki masyarakat di Gunung Kidul berbasiskan teknologi dalam pengelolaannya.
Bahkan kegiatan tersebut sekarang mampu membentuk badan usaha bersistem eco-education
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyaraakat di Gunung Kidul dan daerah sekitarnya
2. Jual-beli online,
ini adalah tren bisnis
yang semakin menjamur di dunia maya saat ini. Dengan memanfaatkan internet yang
dianggap mempunyai banyak profit yang diperoleh, yakni hanya dengan membutuhkan
modal relatif kecil, namun dapat menjangkau segmen pasar yang luas
3. Becak online
adalah bisnis berbasiskan technopreneur
yang sangat kreatif, dengan memanfaatkan technology yakni media jejaring
sosial, si tukang becak meraih keuntungan yang berlipat ganda, bahkan dia dapat
menjaring pelanggan tetap yang berasal dari mancanegara jika ingin berkunjung
ke Indonesia, misalnya : Belanda, Jerman, Amerika, dan lain – lain.
Technopreneurship berperan penting dalam mengakomodasikan
kebutuhan industri, usaha, dan
perekonomian. Oleh sebab itu, technopreneurship
menggambarkan kemandirian suatu bangsa.
Iklim technopreneurship bangsa Indonesia saat ini
masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara lain, bahkan dengan
negara tetangga sendiri yakni Malaysia. Dalam World Economic Forum
(WEF) yang merilis Global Competitiveness Index, daya saing Indonesia
menempati urutan ke-44 pada 2010, menurun menjadi urutan ke-46 pada 2011 dan
bahkan pada tahun 2012 peringkat ndonesia
anjlok menjadi urutan ke-50 dari 144 negara. Penilaian ini juga menunjukkan daya saing
Indonesia masih lebih rendah dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Berkaitan dengan hal itu, maka pemerintah Indonesia menghimbau supaya perguruan tinggi serius untuk mendidik pemuda - pemudi Indonesia dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkannya. Yang nanti diharapkan dapat menjadi agen of change (agen pembawa perubahan), dan berada di barisan paling depan sebagai pelaku utama technopreneur, yang memiliki inovasi teknologi tepat guna, sehingga dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan daya saing bangsa Indonesia di kancah internasional. Tentu saja dengan cara mengangkat kearifan lokal (local wisdom) yang sudah menjadi identitas bangsa Indonesia.
data WEF 2012 dapat anda lihat melalui tabel di bawah ini:
Berkaitan dengan hal itu, maka pemerintah Indonesia menghimbau supaya perguruan tinggi serius untuk mendidik pemuda - pemudi Indonesia dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkannya. Yang nanti diharapkan dapat menjadi agen of change (agen pembawa perubahan), dan berada di barisan paling depan sebagai pelaku utama technopreneur, yang memiliki inovasi teknologi tepat guna, sehingga dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan daya saing bangsa Indonesia di kancah internasional. Tentu saja dengan cara mengangkat kearifan lokal (local wisdom) yang sudah menjadi identitas bangsa Indonesia.
“We must be able to
control our destiny or we're controlled by someone” kata Dr.Jacky Mussry dalam seminar
global technopreneur yang
diadakan di ITS ,6 April 2013.
Lumayan bagus nih blognyaa, tapi sedikit kurang rame :)))
BalasHapuskeramean malahan... haha
Hapusbaguslah, harapan mereka (pemerintah) kepada kita (mahasiswa) sangat tinggi. tapi di balik tertinggalnya kita (Indonesia) ada satu ha yang harus diperhatikan, sudahkah mereka memberikan suntikan yang pantas untuk mengembangkan ide2 cemerlang kita untuk 'technopreneur' yg mereka harapkan ini? sudahkah suntikan mereka sebesar harapan mereka?
BalasHapusya tentu ,, mgkin salah satux program bdik misi,, mereka ingin qt menguasai teknologi..,, semangat !!
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapussory kehapus...,, pdhal niatku replay
Hapuslanjtkan Ka..
BalasHapusmoga sukses selalu ya..
good luck my sister..,
ok,, thanks pak ketua kelas 7A
HapusWah2 ternyata ada istilah Technopreneur, baru tau saya
BalasHapusPengetahuan jadi bertambah :)
yup,, thanks....
HapusMV-ne kerjakne..
BalasHapuswoke.....
HapusWah2 ternyata ada istilah Technopreneur, baru tau saya
BalasHapusPengetahuan jadi bertambah :)
yo jelas beroooo.....................,, makanya ayo jd tecnopreneur,, majukan indonesia !! hahaha
Hapussip
BalasHapus